merdeka

merdeka
bakar semanatmu

Senin, 31 Januari 2011

Demo Hari Anti Korupsi


Aksi Memperingati Hari Antikorupsi Sedunia di Kota Batam, Kamis (9/12), dilakukan oleh Gerakan Gelombang Rakyat (G-Ger) dan sejumlah mahasiwa. Mereka menggelar unjuk rasa di tiga titik strategis, yaitu Kantor Walikota Batam, Gedung DPRD Kota Batam dan Kantor Kejari Batam. Ketiga kantor itu hanya berjarak sepelemparan batu satu sama lain.


Mereka juga mengkritisi peran dan kinerja anggota DPRD Kota Batam yang tidak aspiratif dan akomodatif atas kepentingan masyarakat. Serta minimnya pengawasan dan pengawalan DPRD terhadap kinerja para pejabat di lingkungan Pemko Batam sehingga menyebabkan terjadinya kasus korupsi. "DPR sekarang tidak lagi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat, tapi Dewan Penipu Rakyat, Dewan Perampok Rakyat," ujar salah seorang orator G-Ger.

Atas terjadinya korupsi di tingkat pemerintahan Kota Batam, seperti dugaan penyelewengan dana bansos, G-Ger meminta pertanggungjawaban Walikota Batam Ahmad Dahlan. Aparat penegak hukum diminta berani menindak dan mengusut keterlibatan Ahmad Dahlan dalam kasus tersebut.

Selain melakukan orasi, beberapa pendemo juga membawa bendera Merah Putih dan beberapa poster dengan berbagai tulisan. Seperti "DICARI AHMAD DAHLAN" dengan foto Walikota Ahmad Dahlan di bagian tengah atas.

Wakil Ketua DPRD Kota Batam Ruslan Kasbulatov saat menemui para pendemo dari G-Ger menjelaskan bahwa kasus Century bukanlah ranah kewenangan DPRD Batam. Sedangkan terkait dengan bansos, persoalan ini sudah diserahkan dan ditangani oleh Kejari Batam. Ruslan menyatakan mendukung aksi demo anti-korupsi yang dilakukan G-Ger. "Saya mendukung gerakan adik-adik dalam memberantas korupsi," ujarnya.

Selanjutnya saat Ruslan hendak berbicara lebih panjang lagi, para pendemo langsung pergi menuju Pemko Batam sambil meneriakkan yel-yel, "Dua lima jinggo-dua lima jinggo, jadi seratus. DPRD bego-DPRD bego, tak mampus-mampus."


Polisi-Pendemo Bentrok

Dalam aksi demo di depan Kantor Walikota Batam, para pengunjuk rasa sempat terlibat bentrok dengan aparat kepolisian. Bentrokan itu berawal saat massa G-Ger mencoba masuk ke halaman Kantor Walikota dengan menerobos barikade aparat keamanan.

Saat itu, massa G-Ger baru saja selesai menggelar unjuk rasa di Gedung DPRD. Mereka membawa beberapa bendera G-Ger dengan tongkat yang cukup panjang, sejumlah poster dan spanduk. Sebagian besar massa G-Ger juga mencoret wajah mereka dengan aneka warna, mulai dari merah, hitam dan kuning.

Begitu tiba di depan pintu masuk Kantor Walikota, mereka langsung berorasi. Dalam orasinya, pendemo menuding Pemko Batam melakukan berbagai praktik korupsi, mulai dari bansos hingga swastanisasi sampah.


Di tengah orasi itu, para pendemo mencoba masuk ke halaman Kantor Walikota sehingga terjadi aksi saling dorong dengan polisi yang berusaha mencegahnya. Situasi semakin memanas setelah polisi menghalau dengan memukul para pendemo dengan pentungan. Tak terima, pendemo membalas dengan memukul polisi dengan menggunakan tongkat bendera yang dibawanya.

Untung, jumlah pendemo lebih sedikit dibanding aparat keamanan sehingga kericuhan itu hanya berlangsung sekitar 15 menit. Meski tidak parah, sejumlah polisi dan pendemo terluka dalam bentrokan itu.

Setelah situasi agak reda dan situasi bisa dikendalikan polisi dan Satpol PP, pendemo dari G-Ger yang diketahui bernama Aulia tidak puas atas pengamanan yang dilakukan polisi. Ia menaiki salah satu mobil dinas yang ada di halaman Kantor Walikota dan berteriak,"Ayo polisi, satu lawan satu kita, jangan main keroyokan terhadap orang-orang yang menyuarakan kebenaran terkait korupsi di Batam." "Saya tidak takut mati, di atas ada langit di bawah ada tanah. Ayo kalau berani ke sini," tambahnya.

Saat hendak meninggalkan Kantor Walikota, pendemo juga sempat membakar tumpukan kertas di depan Pos Satpol PP yang terletak di pinggir Jalan Engku Putri, persis di depan Kantor Walikota. Polisi dan Satpol PP sempat mengejar para pendemo itu karena mengira yang dibakar adalah kendaraan. Pendemo akhirnya menghilang dari kejaran polisi yang menjadikan situasi benar-benar kondusif kembali.

Kapolresta Barelang Kombes Eka Yudha Satriawan yang ditemui di lokasi menilai aksi demo antikorupsi di depan Kantor Walikota Batam berjalan tidak sesuai aturan. Menurut Eka, para pendemo mencoba memaksakan kehendak masuk ke Kantor Walikota untuk menyampaikan orasi. "Kita mencoba mengamankan aksi demo agar tidak terjadi anarkis. Jangan sampai meluas ke mana-mana,"kata Eka.

Ia mengatakan pihaknya akan memanggil penanggung jawab G-Ger dan koordinator demo terkait hal ini. Sebelumnya saat terjadi aksi dorong-dorongan, polisi sempat mengamankan koordinator G-Ger Hazhari tetapi dilepas kemudian.

Bentrokan dalam aksi demo memperingati Hari Antikorupsi Sedunia bukan monopoli Batam semata, tetapi juga terjadi di berbagai daerah di Tanah Air. Di Jakarta, aparat kepolisian mengamankan 13 demonstran saat melakukan pembubaran paksa aksi unjuk rasa di depan Gedung KPK. Insiden ini juga mengakibatkan sejumlah jurnalis mendapat pukulan saat berusaha mengambil gambar kericuhan.

Sejumlah demonstran yang diamankan mengalami lebam dan luka di wajah. "Nggak ada perlawanan dari mahasiswa. Nggak bawa apa-apa. Mereka terlalu represif. Ini nggak berbanding lurus dengan penanganan mereka (aparat) terhadap koruptor," kata Haris Rusli, aktivis Petisi 28.

Haris termasuk satu dari 13 demonstran yang diamankan. Identitas 12 lainnya antara lain Fadil Usni, Bayu, Rizki, Egis, Tri Pungkas Kurniawan, Adian Putra, Rizka, Sofyan, dan Dwi.

Sementara jurnalis yang mengalami kekerasan antara lain Mario Sumampow (Metro TV), Reza Bagus (Trans TV), dan Heru Triyono (Okezone). "Saya mencoba mengambil gambar penangkapan tapi ada yang mengahalangi dengan memukul tangan saya dari belakang," kata Heru.

Poros Wartawan Jakarta (PWJ) menyesalkan insiden kekerasan yang menimpa jurnalis saat bertugas. Polisi diminta bertanggung jawab atas insiden tersebut. "Kami punya rekaman bukti gambar pemukulan dilakukan petugas polisi," kata Ketua Divisi Advokasi PWJ, Parni.

Kapolres Jakarta Selatan Kombes Gatot Edi mengatakan pembubaran paksa dilakukan sekitar pukul 19.45 WIB setelah demonstran mengabaikan tiga peringatan petugas agar membubarkan diri karena telah melewati batas waktu untuk berunjuk rasa. "Mereka justru ke jalur cepat dan memblokir jalan, kami terpaksa membubarkan paksa," kata Gatot.

Demo anti-korupsi di Makassar, Sulawesi Selatan dan Palu, Sulawesi Tengah juga berakhir rusuh. Sedikitnya 21 mahasiswa dan lima anggota kepolisian terluka dalam aksi demo di Makassar. Mahasiswa yang teluka ditengarai karena terkena peluru karet dan peluru tajam, sementara aparat kepolisian terkena lemparan batu. Sedikitnya 10 mahasiswa ditangkap karena ketahuan melempari polisi dengan batu. Di Palu, sedikitnya 11 mahasiswa ditangkap karena diduga menjadi provokator yang memicu rekan-rekannya melakukan tindakan anarkis. (hk/nn,rl,sn,mi,ant)




http://haluankepri.com/index.php?option=com_content&view=article&id=6245:kejari-batam-dihadiahi-tikus-&catid=1:batam&Itemid=34

1 komentar:

  1. Batam sekarang beda dari kecil ampe SMA gak pernah saya liat ada yang demo
    Ada apa dengan Batam, dimana rakyat batam yang punya perilaku yang tenang?
    Kini semua telah berubah

    BalasHapus